Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKG UI) menyelenggarakan Sidang Terbuka promosi Doktor Ilmu Kedokteran Gigi dengan promovendus drg. Krisnawati Sp.Ort(K). Beliau dinyatakan lulus dan menjadi Doktor pertama yang lulus pada tahun 2022 dari fakultas tersebut, sekaligus Doktor ke-124 dengan predikat Cumlaude (IPK 3,9). Dr. Krisnawati menyampaikan disertasi yang berjudul “Alat Ukur Kepuasan Pasien, adaptasi Lintas Budaya Kuesioner Academic Centre of Dentistry Amsterdam (ACTA) dan Korelasinya dengan Keberhasilan Perawatan Ortodonti”.
Sidang promosi doktor diketuai oleh Dekan FKG UI yang sekaligus bertindak sebagai Ketua Tim Penguji Prof. Dr. M.F. Lindawati Kusdhany, drg. Sp.Pros(K), dengan Promotor Prof. Dr. Miesje Karmiati Purwanegara, drg., S.U., Sp. Ort (K) dan Ko-promotor Dr. Retno Widayati Sp.Ort(K) dan Tim Penguji pada sidang tersebut adalah Prof. Dr. R. Irawati Ismail Sp.KJ(K)., M.Epid, Prof. drg. Diah Ayu Maharani, Ph.D, dra. Siti Dharmayati B. Utoyo, MA., Ph.D., Psikolog dan Prof. drg. Thalca Hamid, drg. MHPeD, Ph.D.,Sp.Ort(K).
Dalam sidang tersebut Dr. Krisnawati, Sp.Ort(K) menyampaikan bahwa seorang individu dengan maloklusi (penyimpangan oklusi) datang ke klinik Ortodonti RSKGM FKG-UI dengan berbagai alasan, antara lain untuk memperbaiki susunan giginya, fungsi mengunyah, fungsi menelan, bicara dan lain-lain. Selain itu individu dengan maloklusi rentan terhadap terjadinya karies gigi, penyakit periodontal maupun trauma serta kerap mengalami perundungan akibat tampilan wajahnya. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi kehidupan sosialnya dan sering menjadi alasan bagi seseorang untuk memperoleh perawatan ortodonti. Perawatan ortodonti adalah tindakan kedokteran gigi yang terkait upaya untuk memperbaiki susunan gigi dan rahang. Prevalensi maloklusi di Indonesia cukup tinggi namun masih dijumpai rendahnya angka perawatan gigi yang mungkin dipengaruhi faktor demografi dan sosio ekonomi.
Penelitian Dr. Krisnawati merupakan penelitian pertama di Indonesia yang mengukur kepuasan pasien pasca perawatan ortodonti. Mencari peran faktor risiko usia, jenis kelamin, pendidikan, etnik dan sosio ekonomi terhadap kepuasan pasien ortodonti.
Suatu pelayanan kesehatan belum dapat dikatakan berkualitas, jika pasien tidak merasa puas. Studi terkait kepuasan pasien telah banyak dilakukan di manca negara antara lain Amsterdam, Swedia, Norwegia, Brazil, United Kingdom. Kepuasan pasien terhadap hasil perawatan Ortodonti berkisar antara 34% – 75 %. Rentang yang lebar ini kemungkinan disebabkan cukup sulit mencari alat ukur standar untuk menilai kepuasan pasien. Sejauh ini di Indonesia belum ada Alat ukur kepauasan pasien ortodonti yang mendasari pada keberhasilan perawatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh Alat Ukur Kepuasan pasien Ortodonti yang valid dan reliabel. Menganalisis peran faktor risiko usia, jenis kelamin, pendidikan, etnik dan sosio ekonomi terhadap kepuasan pasien. Selanjutnya mencari korelasi antara kepuasan pasien dengan keberhasilan perawatan yang diukur menggunakan Index Complexity Outcome and Need (ICON)
Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang ; kriteria inklusi adalah pasien pria maupn wanita yang pernah menjalani perawatan Ortodonti di Rumah Sakit khusus gigi mulut FKG-Universitas Indonesia. Akhirnya diperoleh 137 subjek yang memenuhi kriteria inklusi; terdiri atas 113 wanita dan 24 pria dengan rentang usia 15 hingga 43 tahun.. Hasil : setelah dilakukan Translasi dan Adaptasi Lintas Budaya kuesioner ACTA serta dilakukan uji validitas konstruk Principle Component Analysis diperoleh 5 domain dan 34 pertanyaan yang valid dan reliabel. Analisa multivariat menemukan faktor pendidikan dan sosio ekonomi adalah yang berperan terhadap Kepuasan pasien. Kesimpulan: telah diperoleh Alat Ukur Kepuasan pasien adaptasi Lintas Budaya dari Kuesioner ACTA yang valid dan reliabel. Sebanyak 87,59 % responden merasa puas dengan hasil perawatan Ortodonti di RSKGM FKG-UI. Selain itu dijumpai korelasi sedang dengan nilai kemaknaan r=0.364 antara Kepuasan pasien (subjektif) dengan keberhasilan perawatan ortodonti (objektif) yang diukur menggunakan Index Complexity Outcome and Need (ICON).
Alat ukur yang diperoleh disarankan untuk dilengkapi variabel lainnya seperti motivasi dan ekspektasi yang dirasa lebih sesuai dengan karakteristik masyarakat Indonesia. Selain itu sebaiknya Ikatan Ortodonti Indonesia (IKORTI) dan Persatuan Dokter Gigi Indonesia perlu menjajagi kerja sama dengan Jaringan Kesehatan Nasional (JKN) maupun pihak asuransi lainnya untuk dapat memberi bantuan pembiayaan bagi masyarakat dengan maloklusi yang membutuhkan perawatan Ortodonti.