Doktor Baru FKG UI Kembangkan Aplikasi Deteksi Karies Gigi Mandiri untuk Anak Tunanetra

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKG UI) kembali melahirkan doktor baru yang membawa semangat inovasi dan inklusivitas dalam layanan kesehatan gigi. Pada sidang terbuka yang diselenggarakan Kamis lalu, Dr. drg. Yufitri Mayasari, M.Kes. resmi meraih gelar doktor setelah berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul: “Pengaruh Metode Audio Tactile Performance terhadap Penilaian Karies Gigi Mandiri Berbasis Aplikasi pada Anak Tunanetra.”

Disertasi ini lahir dari keprihatinan akan masih terbatasnya akses edukasi dan layanan kesehatan gigi bagi kelompok anak tunanetra. Dalam paparannya, Dr. Yufitri mengungkap bahwa prevalensi karies pada anak tunanetra cukup tinggi, yaitu mencapai 42,6%, dan belum ada pendekatan skrining mandiri yang inklusif, efisien, dan berbasis teknologi untuk kelompok ini.

Menjawab tantangan tersebut, Dr. Yufitri merancang dan mengembangkan sebuah aplikasi bernama “Ruang Senyum”, yaitu aplikasi berbasis metode Audio Tactile Performance (ATP) yang memungkinkan anak tunanetra melakukan skrining mandiri terhadap karies gigi juga dilengkapi fitur edukasi kesehatan gigi dan mulut.

Hasil uji diagnostik menunjukkan bahwa aplikasi memiliki sensitivitas 73% dan spesifisitas 84,2% terhadap pemeriksaan dokter gigi, serta mampu meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktik anak tunanetra secara signifikan dibandingkan metode konvensional.

“Saya berharap hasil disertasi ini dapat menjadi langkah awal menuju layanan kesehatan gigi yang lebih inklusif, adil, dan adaptif. Anak-anak tunanetra memiliki hak yang sama untuk mendapatkan edukasi dan perawatan kesehatan gigi yang layak dan teknologi bisa menjadi jembatan bagi kesetaraan itu,” ungkap Dr. Yufitri.

Dekan FKG UI, Prof. drg. Lisa Rinanda Amir, Ph.D., PBO, menyampaikan apresiasinya terhadap hasil penelitian ini. “Hasil riset berdampak pada layanan kesehatan masyarakat yang inklusif. Inovasi seperti ini adalah cerminan dari semangat FKG UI untuk menjadikan ilmu sebagai alat transformasi sosial,” ujar Prof. Lisa.

Penelitian ini diharapkan menjadi dasar bagi pengembangan kebijakan pelayanan kesehatan gigi anak tunanetra yang lebih inklusif dan dapat berkontribusi dalam pencapaian Universal Health Coverage (UHC), dengan prinsip tidak meninggalkan kelompok rentan.