Sejarah

Cikal Bakal Universitas Indonesia (1849–1949)

Universitas Indonesia bermula dari upaya pendidikan kedokteran yang dimulai pada tahun 1849 dengan berdirinya Dokter-Djawa School di Batavia. Lembaga ini menjadi cikal bakal pendidikan tinggi di Indonesia dan berkembang menjadi Geneeskundige Hoogeschool te Batavia, lembaga pendidikan kedokteran bergengsi pada masa Hindia Belanda.

Setelah kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan pada tahun 1945, pemerintah Belanda mendirikan Nood-universiteit di Jakarta pada tahun 1947 yang kemudian berubah nama menjadi Universiteit van Indonesië. Di tengah perjuangan mempertahankan kemerdekaan, sejumlah tokoh nasionalis seperti Prof. Mr. Djokosoetono memilih untuk tetap mengajar di Yogyakarta, yang saat itu menjadi ibu kota Republik.
Setelah pengakuan kedaulatan oleh Belanda pada tahun 1949, pusat kegiatan akademik kembali ke Jakarta. Tahun 1950 menjadi titik penting dalam sejarah pendidikan tinggi di Indonesia, ketika seluruh institusi yang sebelumnya tersebar disatukan ke dalam Universiteit Indonesia atau Universitas Indonesia (UI).

UI pada masa itu terdiri dari berbagai fakultas yang tersebar di sejumlah kota: Fakultas Kedokteran, Hukum, dan Sastra di Jakarta; Fakultas Teknik di Bandung; Fakultas Pertanian di Bogor; Fakultas Ekonomi di Makassar; dan Fakultas Kedokteran Gigi di Surabaya. Seiring berjalannya waktu, fakultas-fakultas di luar Jakarta memisahkan diri dan berkembang menjadi universitas-universitas mandiri, sementara UI tetap tumbuh sebagai institusi pusat yang berlokasi di Salemba, Jakarta.

Pendirian FKG UI (1960–1967)

Kondisi kedokteran gigi di Indonesia pada akhir 1950-an menunjukkan urgensi untuk meningkatkan kapasitas pendidikan dokter gigi. Pada saat itu, perbandingan antara dokter gigi dan jumlah penduduk masih sangat timpang, yakni 1:200.000. Selain itu, lulusan dokter gigi hanya berasal dari dua institusi, yaitu FKG Universitas Airlangga dan FKG Universitas Gadjah Mada, dengan jumlah lulusan yang sangat terbatas.Melihat kenyataan ini, Prof. Dr. Ouw Eng Liang (alm) bersama rekan-rekannya dari bagian Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran UI mengajukan rencana pendirian Fakultas Kedokteran Gigi di UI. Rencana ini mendapat dukungan penuh dari Rektor UI Dr. Sudjono Djuned Pusponegoro dan Dekan FKUI Prof. Dr. M. Soekardjo. Pada 21 Desember 1960, keluarlah Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 108049 tentang pendirian Fakultas Kedokteran Gigi di lingkungan Universitas Indonesia.

Tahun 1961, FKG UI mulai membuka pintunya bagi mahasiswa baru. Saat itu, fakultas ini hanya memiliki dua staf pengajar tetap, 37 staf pengajar luar biasa, dan dibantu 7 tenaga administrasi. Fasilitas yang dimiliki pun masih sangat terbatas. Perkuliahan dan praktikum awal memanfaatkan ruang-ruang pinjaman dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), termasuk ruang Tata Usaha Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. Bahkan, praktikum anatomi gigi dilakukan di ruang penitipan sepeda RSCM.

Perluasan Fasilitas dan Kegiatan Akademik (1968–1979)

Seiring bertambahnya jumlah mahasiswa dan aktivitas akademik, kebutuhan akan fasilitas yang memadai pun meningkat. Pada 17 Oktober 1963, sebagian ruang depan Perpustakaan Rakyat di Salemba 4 diserahkan kepada FKG UI. Tahun berikutnya, bagian belakang gedung tersebut juga digunakan sebagai ruang preklinik untuk mahasiswa tingkat III.

Pada April 1965, seluruh bangunan Perpustakaan Rakyat resmi diserahkan kepada FKG UI. Di sinilah kegiatan pekuliahan, praktikum, serta kegiatan kemahasiswaan yang bersifat dental dilakukan. Pada 27 Maret 1965, FKG UI membuka poliklinik gigi untuk umum yang awalnya hanya terdiri dari bagian Ilmu Pengawet Gigi dan Ilmu Meratakan Gigi. Bagian lain, seperti Exodontia dan Ilmu Gigi Tiruan, masih memanfaatkan fasilitas di RSCM.

Kerja sama erat dengan RSCM memungkinkan bagian Ilmu Bedah Mulut dan Ilmu Pengawet Gigi memanfaatkan sarana klinik RSCM. Sementara itu, bagian Ilmu Gigi Tiruan dipindahkan seluruhnya ke gedung FKG UI. Pada tahun 1967, FKG UI meluluskan 15 dokter gigi pertamanya.

Tahun 1968, FKG UI memperluas layanan dengan membangun laboratorium teknik dan membuka poliklinik baru di Pegangsaan Timur 17, bekerja sama dengan Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat FKUI. Di tempat ini, bagian Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat dan Periodontologi memulai kegiatan kliniknya. Tahun berikutnya, poliklinik Salemba 4 diperluas hingga mencakup 17 dental unit.

Modernisasi dan Kontribusi untuk Negeri (1980–Sekarang)

Tahun 1970 menjadi tonggak baru ketika FKG UI mulai menempati gedung berlantai empat untuk kegiatan akademik dan klinik. Secara bertahap, semua kegiatan perkuliahan dan poliklinik dipusatkan di gedung ini, kecuali bagian Ilmu Bedah Mulut yang tetap berada di RSCM.

Berbagai bantuan, termasuk dari Rektor UI Prof. Dr. Sumantri Brodjonegoro (alm), membantu mempercepat pengembangan FKG UI. Pada 1976, FKG UI mulai aktif dalam proyek pengabdian masyarakat melalui Balai Pengobatan Gigi di Puskesmas Serpong, Tangerang. Dua tahun kemudian, FKG UI kembali mendapatkan tambahan gedung baru berlantai empat yang mendukung kegiatan akademik dan pelayanan masyarakat.
Seiring dengan perkembangan Universitas Indonesia sebagai institusi modern dan otonom, FKG UI juga terus berbenah dan memperkuat perannya dalam pendidikan, penelitian, serta pelayanan kedokteran gigi di Indonesia. Dengan semangat Tridarma Perguruan Tinggi, FKG UI terus berkontribusi mencetak tenaga dokter gigi profesional dan berdedikasi untuk kemajuan bangsa.

Jajaran Dekan Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia dari Masa ke Masa

Sejak berdirinya pada tahun 1960, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia telah dipimpin oleh sejumlah dekan yang berperan penting dalam membentuk arah dan perkembangan institusi ini. Kepemimpinan mereka mencerminkan dedikasi terhadap pendidikan, penelitian, dan pelayanan di bidang kedokteran gigi. Berikut adalah daftar dekan FKG UI dari masa ke masa.

Setiap dekan FKG UI telah meletakkan landasan penting dalam membangun keunggulan akademik, riset, dan pelayanan masyarakat di bidang kedokteran gigi. Dengan membawa visi yang progresif dan kepemimpinan yang transformatif, para dekan tersebut tidak hanya mengarahkan pertumbuhan terhadap institusi, tetapi juga membentuk arah pengembangan ilmu kedokteran gigi di Indonesia. Kepemimpinan dari masa ke masa inilah yang menjadikan FKG UI sebagai institusi yang tangguh, adaptif, dan senantiasa relevan dalam menjawab tantangan zaman, menuju pusat keunggulan pendidikan kedokteran gigi di tingkat regional maupun global.